Sore
baru menjelang ketika rakyat Banyuwangi berbondong-bondong menuju
Pantai Boom di timur pusat kota Banyuwangi. Ibu-ibu, bapak-bapak,
anak-anak, remaja, juga kakek-nenek nampak bergegas seakan tak mau
ketinggalan menyaksikan gelaran yang baru pertama kali diadakan di kota
ini, yaitu Parade Gandrung Sewu.
Parade yang digelar dalam rangka Banyuwangi Festival ini adalah sebuah gelaran kolosal Tari Gandrung oleh 1000 orang penari. Tari Gandrung sendiri merupakan ikon pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Areal yang digunakan sebagai arena parade berupa ruang terbuka di pinggir Pantai Boom. Dari pantai ini pengunjung dapat memandang Pulau Bali dari kejauhan dibatasi oleh Selat Bali yang beriak tenang. Tak seperti biasanya, sore hari ini Pantai Boom sudah dipadati ribuan warga Banyuwangi yang ingin melihat gelaran parade Gandrung Sewu.
Begitu bupati Kabupaten Banyuwangi,
Abdullah Azwar Anas tiba, acara segera dimulai dengan pertunjukan tari
barong. Beberapa penari berbusana Barong secara dinamis menunjukkan
ketangkasannya. Tarian Barong memiliki ciri khas tersendiri bila
dibandingkan dengan Barong yang ada di Bali.
Pengunjung disuguhi pertunjukan macan
wuto yang menampilkan beberapa penari berpakaian seperti macan raksasa
bergerak kesana-kemari mencari mangsa untuk melahap anak kecil.
Ditafsirkan dari pertunjukan ini adalah memperlihatkan penguasa yang
telah buta hatinya sehingga tak segan-segan mengambil dan mengabaikan
hak-hak rakyat kecil. Melalui pertunjukan ini, rakyat Banyuwangi
mengirim pesan kepada penguasa agar berlaku adil.
Dalam kata sambutannya, Abdullah Azwar
Anas mengucapkan terima kasih atas semangat dan antusiasme rakyat
Banyuwangi menyambut dan mensukseskan acara Banyuwangi Festival yang
akan digelar 22 Desember 2012. Kegiatan ini dimeriahkan berbagai acara
menarik hingga seperti Banyuwangi Jazz Festival, Festival Kuwung, dan
lainnya. Abdullah Azwar Anas pun berterima kasih kepada seluruh
pendukung acara parade Gandrung Sewu yang terdiri dari 1400-an orang.
Mereka adalah siswa-siswi dari berbagai daerah di Kabupaten Banyuwangi,
seniman, serta penari senior maupun junior.
Setelah sambutan dari ketua panitia dan
bupati Banyuwangi usai disampaikan, alat-alat musik tradisional
Banyuwangi mulai ditabuh untuk membuka pagelaran diiringi pembacaan
kisah sejarah Kabupaten Banyuwangi. Beberapa penari pria
sekonyong-konyong masuk ke arena sambil berlari membawa umbul-umbul
berbagai warna sambil melakukan gerakan tarian yang mengalir dinamis.
Kemudian masuklah iringan membawa
seseorang di atas pandu. Suasana sakral dan mistis sangat terasa pada
iring-iringan tersebut yang ternyata membawa seorang penari Seblang.
Ritual Seblang merupakan salah satu ritual masyarakat Osing dengan
tujuan untuk bersih desa dan menolak bala agar tetap dalam keadaan aman
dan tenteram.
Pagelaran dilanjutkan pembacaan kisah
sejarah Kabupaten banyuwangi yang diawali ketika penjajah (Belanda)
datang. Dikisahkan saat itu rakyat begitu sengsara oleh penindasan dan
kesewenang-wenangan yang dilakukan penjajah. Perlakuan kasar dan
perampasan kekayaan hasil bumi rakyat Banyuwangi membuat mereka
menderita. Penjajah juga membawa serta perilaku dan budaya yang sama
sekali berbeda dengan budaya lokal, terutama budaya bersenang-senang dan
mabuk-mabukan.
Begitu banyak rakyat Banyuwangi yang terbunuh dan terusir dari kampung halamannya sehingga hanya sedikit yang tersisa dan tinggal terpisah di hutan-hutan belantara. Saat inilah tari gandrung tercipta dengan tujuan untuk menyemangati para lelaki usai membuka hutan untuk ditempati. Lambat laun tari Gandrung ini dibawa berkeliling untuk mencari dan membantu rakyat yang masih tinggal di hutan-hutan sehingga akhirnya rakyat kembali berkumpul dan bersatu untuk membuka daerah baru bernama Banyuwangi. Nama Banyuwangi diambil dari nama hutan Tirta Arum yang dibuka untuk membangun kota baru bagi rakyat. Karena sedemikian lekat tari Gandrung dengan rakyat Banyuwangi maka tak heran bila Kabupaten Banyuwangi juga disebut sebagai Kota Gandrung dan menjadi ikon pariwisata Banyuwangi. Tak berlebihan rasanya bila dalam rangka Banyuwangi Festival kali ini, rakyat Banyuwangi menyuguhkan Parade Gandrung Sewu dengan menampilkan 1000 penari untuk menari Gandrung.
Banyuwangi Jazz Festival
Malam
harinya, serangkaian acara Banyuwangi Festival digelar bertempat di
Gesibu Blambangan. Pada gelaran jazz ini, pengunjung yang terdiri dari
berbagai kalangan ini begitu antusias menikmati musik jazz secara khusus
dipilih untuk mewakili wajah Banyuwangi di tingkat nasional dan
internasional.
Event jazz ini menyuguhkan kolaborasi antara maestro piano jazz Riza Arshad dan musik tradisional khas Banyuwangi yang dijuluki Banyuwangi Ethno Jazz Music. Tampil di dalamnya bintang-bintang jazz nasional, yaitu ESQI:EF: Syaharani dan Queenfireworks, Monita Tahalea and friends, dan Rieka Roslan – Reza (The Groove).
Banyuwangi Jazz Festival diharapkan
memberi angin segar untuk musik jazz di Indonesia dan menjadi jembatan
bagi pencinta musik di Indonesia untuk melihat Banyuwangi sebagai jujugan
baru untuk tontonan event berkelas dan juga tujuan pariwisata. Event
ini pula diharapkan menjadi event yang berkelanjutan dari tahun ke
tahun.
sumber : indonesia.travel
0 Komentar untuk "Parade Gandrung Sewu Banyuwangi"
maaf komentar anda melalui proses moderasi