Gamelan Banyuwangi khususnya yang dipakai dalam tari Gandrung memiliki kekhasan dengan adanya kedua biola, yang salah satunya dijadikan sebagai pantus atau pemimpin lagu. Menurut sejarahnya, pada sekitar abad ke-19, seorang Eropa menyaksikan pertunjukan Seblang (atau Gandrung) yang diiringi dengan suling.
Kemudian orang tersebut mencoba menyelaraskannya dengan biola yang dia bawa waktu itu, pada saat dia mainkan lagu-lagu Seblang tadi dengan biola, orang-orang sekitar terpesona dengan irama menyayat yang dihasilkan biola tersebut. Sejak itu, biola mulai menggeser suling karena dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tidak mungkin dikeluarkan oleh suling.
Selain itu, gamelan ini juga menggunakan "kluncing" (triangle), yakni alat musik berbentuk segitiga yang dibuat dari kawat besi tebal, dan dibunyikan dengan alat pemukul dari bahan yang sama.
Kemudian terdapat "kendhang" yang jumlahnya bisa satu atau dua. Kendhang yang dipakai di Banyuwangi hampir serupa dengan kendhang yang dipakai dalam gamelan Sunda maupun Bali. Fungsinya adalah menjadi komando dalam musik, dan sekaligus memberi efek musical di semua sisi.
Alat berikutnya adalah "kethuk". Terbuat dari besi, berjumlah dua buah dan dibuat berbeda ukuran sesuai dengan larasannya. "Kethuk estri" (feminine) adalah yang besar, atau dalam gamelan Jawa disebut Slendro. Sedangkan "kethuk jaler" (maskulin) dilaras lebih tinggi satu kempyung (kwint). Fungsi kethuk disini bukan sekedar sebagai instrumen ‘penguat atau penjaga irama’ seperti halnya pada gamelan Jawa, namun tergabung dengan kluncing untuk mengikuti pola tabuhan kendang.
Sedangkan "kempul" atau gong, dalam gamelan Banyuwangi (khususnya Gandrung) hanya terdiri dari satu instrumen gong besi. Kadang juga diselingi dengan "saron bali" dan "angklung".
Selain Gamelan untuk Gandrung ini, gamelan yang dipakai untuk pertunjukan Angklung Caruk agar berbeda dengan Gandrung, karena ada tambahan angklung bambu yang dilaras sesuai tinggi nadanya. Untuk patrol, semua alat musiknya terbuat dari bambu. Bahkan untuk pertunjukan Janger, digunakan gamelan Bali, dan Rengganis gamelan Jawa lengkap. Sedang khusus kesenian Hadrah Kunthulan, digunakan rebana, beduk, kendhang, biola dan kadang bonang (atau dalam gamelan Bali disebut Reong).
Modernisasipun tidak terelakkan dalam seni musik Banyuwangi, muncul berbagai varian musik yang merupakan paduan tradisional dan modern, seperti Kunthulan Kreasi, Gandrung Kreasi, Kendhang Kempul Kreasi dan Janger Campursari yang memasukkan unsure elekton kedalam musiknya, dan menjadi kesenian popular di kalangan masyarakat. Namun demikian, sebagian pakar kebudayaan mengkhawatirkan seni kreasi ini akan menggeser kesenian klasik yang sudah berkembang selama berratus-ratus tahun
sumber:wikipedia
Tag :
banyuwangi
10 Komentar untuk "Musik khas Banyuwangi"
wuuis... matab sobt....
aku salud ma blogger yg mempromosikan seni,budaya dan wisata daerahnya...
lanjutkan sobt.. keep blogging.. :D
Mampirrrr... memang, budaya tradisional perlu dilestarikan. Dibutuhkan keseriusan pemerintah utk membantu pendanaannya, bukan cuma swadaya segelintir masyarakat... Krn ini menyangkut hal nasionalisme, itu pun kalo msh mo dipertahankan... wehehe...
nanti klo budaya qta di claim org lain, qta baru sibuk ngurusin "hak paten" nya... demo di mana2... lucu khaaannn?
Haiii.... salam kenal ya....
berkunjung pertama sekalian follow biar nggak kesasar kalau main kesini lagi....
ninneta
Seni kreasi ini akan terus berkembang dan tentunya dapat menggeser kesenian klasik yang sudah berumur ratusan tahun. Seni kreasi ini lebih disukai oleh banyak anak muda.
smooth smile for elyas, at the kb for sure, and hope it back for me
Nice info sobat...
belum pernah mega gamelan :P
ternyata agak beda ya dengan gamelan jawa biasanya. Banyuwangi emang keren tuh, punya bahasa sendiri, punya budaya sendiri. ciri khas nya banyak
Haduh, jangan sampai tergeser ya...
artikel ttg indonesia yg menarik kawan. tks
maaf komentar anda melalui proses moderasi